Perihal Nostalgia
Menurut saya, kayaknya nggak ada padanan kata yang dapat jadi alternatif dari “nostalgia”. Nggak tau kenapa. Mungkin kalian yang punya sinonim lainnya bisa kasih tau saya, tapi buat saya nggak ada. Nostalgia itu nggak berbentuk. Perasaan yang datangnya tiba-tiba dan anehnya, pemicu nostalgia sendiri nggak harus saling berkatian dari rasa yang datang.
Dalam situasi ini, saya adalah orang yang sangat pelupa. Sangat sulit bagi saya mengingat-ingat hal yang penting. Apalagi yang nggak terlalu. Pun begitu, saya pun masih bisa merasakan nostalgia. Seperti yang diungkapkan di paragraf sebelumnya, pemicu nostalgia nggak harus saling berkaitan dari rasa yang datang. Bisa saja kalian atau saya memandang hal atau mendengarkan lagu yang spesifik mengingatkan pada suatu momen bahkan tentang seseorang, tapi nggak jarang juga di saat yang bersamaan, penanda tersebut mengalihkan perasaan kita menuju hal yang lain. Bisa hadir dalam bentuk rasa marah, kesal, bahagia, ataupun sedih. Iya, nostalgia seaneh itu.
Sayangnya, citra yang dibangun dari narasi tentang nostalgia biasanya hanya terkait dengan memori-memori indah. Padahal memori adalah sebagian kecil dari nostalgia itu sendiri dan keindahan bukanlah sebuah hal yang mutlak jika mencoba menginterpretasi nostalgia.
Jika kamu ataupun saya bercerita tentang sebuah taman yang dulunya ramai namun kini seakan hanya jadi lokasi favorit mesum, saya kategorikan hal itu hanyalah sejarah. Lalu saat narasi itu ditambah dengan argumen untuk kembali membuat taman tersebut jadi ruang terbuka yang penuh suka cita dan duka muram durjana, sejarah tersebut jadi visi. Hanya dengan menginginkan sesuatu hal jadi sesuai dengan apa yang diingat, nggak serta merta membuatnya jadi sebuah nostalgia. Bahkan nantinya, dari visi tersebut nostalgia yang diharapkan bisa saja nggak kejadian. Namanya ruang lingkup masyarakat, tentulah dinamis.
Singkatnya, nostalgia adalah sebuah perasaan yang mungkin bisa dirindukan atau tidak diinginkan sama sekali. Datangnya tiba-tiba dan tidak selalu sesuai dengan keinginan. Namun, kamu dan saya sangat boleh merayakannya, karena perasaan sejatinya adalah bentuk perayaan yang abstrak.