Substansial dari Interaksi, Sebuah Ulasan
Saya bukan orang yang pandai atau gemar melakukan micro blogging. Aneh aja rasanya buat saya mengutarakan opini dalam rangkaian kata-kata yang telah ditentukan oleh para penyedia jasa. Rebel sedikit, lah, selagi bisa.
Kali ini saya mau membahas salah satu karya campuran lama dan baru milik Pandu Arjasa alias Panduan yang baru saja muncul di Spotify di bawah nama Interaksi. Pengenalan saya akan Interaksi di tahun 2015 itu seakan membuat saya mengubah pandangan dalam memahami Panduan.
Pasalnya, pribadi yang saya kenal lebih dulu sebagai seorang managing editor untuk Roi Radio, kala itu seperti orang yang cukup menyebalkan meskipun masih bisa diandalkan. Cukup emosional tapi bukan yang gemar marah-marah. Responnya hanya datang dari sikap dan saya anggap bukanlah orang yang menyimpan emosi lebih dari sekadar rasa kesal.
Namun, ketika diperkenalkan dengan Interaksi di situs Bandcamp oleh Panduan, saya baru mengerti bahwa memang begitulah Panduan. Melalui Interaksi saya mendapati proses peluapan emosi Panduan layaknya sebuah ritual. Butuh proses yang lama untuk diutarakan dan dituangkan ke dalam medium seperti karya musik.
Layaknya nama yang digunakan, Interaksi merupakan sebuah cara Panduan berkomunikasi tentang apa yang dirasakannya. Lalu album perdananya yang berjudul Substansial jadi rangkuman cerita tentang apa yang dirinya rasakan sejak tahun 2013 hingga 2020. Setidaknya itu yang Panduan tulis melalui materi promosinya.
Saya bukan orang yang terlalu memikirkan alasan di balik sebuah karya. Semuanya punya selera masing-masing. Bahkan saat saya mendengarkannya pun, saya berhak punya interpretasi saya sendiri.
Mencoba membahas tentang album ini, beruntung saya masih mendapatkan beberapa lagu yang saya suka untuk masuk menjadi bagian dari Subtansial garapan Interaksi. Salah satunya adalah lagu berjudul Reka. Pertama kali mendengarnya entah kenapa saya merasa cocok saja.
Dibandingkan rekaman lainnya, yang memang hanya menggunakan ponsel sebagai fasilitas produksinya, lagu tersebut terdengar cukup sesuai di telinga saya. Permainan gitar cepat dan terkesan sedikit rumit cukup terdengar mewakilkan keluh kesah dari orang-orang yang mengalami quarter life crisis. Suara gitar diibaratkan seperti aliran emosi yang masih menggebu namun suara vokal yang samar saya gambarkan sebagai sebuah pandangan yang merefleksikan perjalanan hidup yang melelahkan.
Selain itu, ada lagu berjudul Incarcerate. Sepengetahuan saya, lirik yang dinyanyikan merupakan sebuah puisi yang dikarang oleh salah satu orang yang penting dari Panduan. Mungkin itu juga jadi salah satu alasan kenapa lagu ini terdengar cukup hati-hati tereksekusi dengan tambahan kosmetik yang membuat lagu ini terkesan spesial.
Selanjutnya ada lagu yang baru saya dengar dan kayaknya memang lagu baru, deh. Lagu ini berjudul serupa adegan. Secara komposisi lagu yang satu ini cukup terdengar kuat buat saya. Entah kenapa, di antara lagu-lagu emosional yang tersaji di album ini, lagu tersebut terkesan menawarkan sisi yang lebih kalem. Nggak tau, ya. Bisa betul, bisa tidak. Namanya juga opini.
Secara keseluruhan, saya nggak bisa kasih nilai yang benar-benar saklek untuk album ini. Kumpulan lagu dari beberapa tahun silam hingga akhir-akhir ini dan kualitas produksi suara yang tidak imbang jadi faktor yang bisa saja membuat album ini jadi kurang diminati. Tapi, kalau didengar secara saksama, meresapi cerita dan maknanya, mungkin kamu pun akan setuju dengan opini yang saya punya. Album ini manis.